Dynamic Glitter Text Generator at TextSpace.net

VISI & MISI SEKOLAH

V I S I

Unggul dalam prestasi berbudi pekerti luhur dan mandiri

M I S I

1. Menumbuhkan semangat berprestasi

2. Meningkatkan budaya disiplin seluruh warga sekolah

3. Membiasakan siswa berprilaku sehat

4. Menciptakan pola hubungan yang sinergis anatara skolah dan masyarakat dalam meningkatkan pendidikan

S T R A T E G I

1. Menciptakan sekolah yang bernuansa Manajemen berbasis Sekolah

2. Pencapaian ketuntasan belajar pada tiap mata pelajaran adalah 100%

3. Mendapatkan prestasi non akademikmkhususnya dalam bidan keagamaan kesen ian, olah raga dan keterampilan

4. Meningkatkan wawasan kependidikan dan kemampuan teknis profesional

5. Menciptakan sekolah yang aman

Rabu, 19 Oktober 2011

MEMBUNUH PROFESI GURU




Baru-baru ini pemerintah mencanangkan pelaksanaan pendidikan budi pekerti di seluruh indonesia. Sebenarnya ini bukan barang baru, karena sejak dulu kita sudah mengenal ungkapan yang di populerkan oleh Ki Hajar dewantara yaitu  ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Ungkapan ini, diartikan sebagai sikap pendidik (guru) harus mampu memberi teladan kepada murid-muridnya, seperti bertindak jujur dan adil,  memberi motivasi kepada murid untuk belajar keras serta memberikan kepercayaan kepada muridnya untuk mempelajari sesuatu sesuai minat dan kemampuannya. Guru tinggal merestui dan mengarahkan saja
.
Pendek kata, ibarat pasukan guru adalah komandan yang berada di garda (garis depan) pendidikan indonesia, memberi contoh, menjadi motivator, dalam penanaman budi pekerti. Sering ada pepatah yang menyinggung pribadi guru, yaitu sebagai figur yang harus digugu (dianut) dan ditiru. Inilah figur ideal yang didambakan setiap bangsa. Figur inilah yang menghendaki seorang guru perlu menjadi suri teladan dalam aplikasi pendidikan budi pekerti. Jika guru sekedar bisa ceramah atau omong kosong saja, kemungkinan besar anak akan kehilangan teladan. Sikap dan tindakan guru, langsung ataupun tidak langsung akan menjadi acuan dan contoh murid-muridnya. Kalau begitu, budi pekerti guru harus juga mencerminkan pribadi luhur yang ideal. Sebuah sindiran yang sering kita dengar, guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Jika guru berbuat salah sedikit saja, akan lahirlah siswa-siswa yang lebih buruk darinya.
Guru juga Manusia, artinya guru  juga tidak sempurna, pernah berbuat salah, khilaf ataupun dosa. Seorang guru, ia juga manusia biasa seperti yang lainnya. Namun, ketika guru melakukan sebuah kesalahan atau kekhilafan maka respon masyarakat akan lebih besar bila dibandingkan dengan yang lain. Mungkin akan terucap: “Guru saja sudah berbuat seperti itu, apalagi yang lain.” Hal ini terjadi, karena pada dasarnya guru itu adalah teladan bagi murid-muridnya dan juga yang lain untuk mewujudkan hal-hal yang baik. Dengan demikian, bagi para guru harus senantiasa hati-hati agar senantiasa terpelihara dari perbuatan yang tidak baik.
Guru harus mempunyai akidah yang bersih dari hal-hal yang bertentangan dengannya. Senantiasa merasa diawasi oleh Allah swt. (muraqabah) dimanapun berada, melakukan koreksi diri (muhasabah) atas kelalaian dan kesalahan. Menanamkan sikap tawadhu’ (rendah hati), jangan sampai timbul perasaan ujub dan ghurur, karena orang yang tawadhu’ akan diangkatkan derajatnya oleh Allah Swt. Umar ibn Utbah, berpesan kepada pendidik anaknya: “Hendaknya dalam memperbaiki anakku, kamu perbaiki dirimu dahulu. Mata mereka mengikutimu. Yang baik menurut mereka adalah apa yang kamu perbuat. Dan yang buruk menurut mereka adalah apa yang kamu tinggalkan.”
Profesi guru adalah profesi yang sangat mulia. Risalah yang diemban guru sangat agung. Seorang guru harus memiliki bekal dan persiapan agar dapat menjalankan profesi dan risalahnya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi seorang guru dan dibutuhkan dalam proses belajar mengajar, yakni sebagai berikut: Menguasai materi pelajaran dengan matang melebihi siswa-siswanya dan mampu memberikan pemahaman kepada mereka secara baik. Guru harus memiliki kesiapan alami (fitrah) untuk menjalani proses mengajar, seperti pemikiran yang lurus, bashirah yang jernih, tidak melamun, berpandangan jauh ke depan, cepat tanggap, dan dapat mengambil tindakan yang tepat pada saat-saat kritis. Guru harus menguasai cara-cara mengajar dan menjelaskan. Dia mesti menelaah buku-buku yang berkaitan dengan bidang studi yang diajarkannya. Sebelum memasuki pelajaran, guru harus siap secara mental, fisik, waktu dan ilmu (materi). Maksud kesiapan mental dan fisik adalah tidak mengisi pelajaran dalam keadaan perasaan yang kacau, malas ataupun lapar. Kesiapan waktu adalah dia mengisi pelajaran itu dengan jiwa yang tenang, tidak menghitung tiap detik yang berlalu, tidak menanti-nanti waktu usainya atau menginginkan para siswa membaca sendiri tanpa diterangkan maksudnya, atau menghabiskan jam pelajaran dengan hal-hal yang tidak ada gunanya bagi siswa. Sedangkan maksud kesiapan ilmu adalah dia menyiapkan materi pelajaran sebelum masuk kelas. Dia menyiapkan apa yang dikatakannya. Sebiasa mungkin, dia menghindari spontanitas dalam mengajar jika tidak menguasai materinya.
Masyarakat secara umum juga harus bijaksana dalam menilai guru, jangan dianggap bahwa guru itu adalah makhluk sacral (tidak pernah berdosa). Guru juga manusia biasa, yang memiliki segala kelemahan namun sebagai pendidik hanya berusaha semaksimal mungkin menjadikan dirinya seorang yang sempurna didepan anak didiknya. Akan tetapi jika terjadi kesalahan kecil pada diri guru, masyarakat hendaknya dapat menerima sebagai kesalahan manusia biasa, sejauh dalam batasan wajar . Masyarakat hendaknya tidak bersifat arogan menyalahkan guru hingga menginjak-nginjak harga diri pendidik. Karena setidaknya guru tersebut pernah berjasa memberikan ilmunya jangan sampai seperti pribahasa “gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga” hanya karena  kesalahan sedikit hancurkan karir dan difonis sebagai orang yang paling bersalah dan melupakan segala kebaikanya. Untuk itu kesalahan dari seorang guru bukan berarti karirnya yang terakhir sebagai seorang pendidik, guru juga butuh nasehat, kritik yang konstruktif sehingga kesempatan yang ada bisa menjadi wahana perubahandan pembelajaran diri  menjadi lebih baik.
Kepada insan guru, kita semua juga harus bijaksana, ditengah budaya yang “carut marut” sekarang ini masyarakat menaruh harapan besar pada kita, bagaimana anak-anaknya dapat kita didik menjadi orang yang berguna sesuai harapan mereka. Mari kita sikapi segala kritikan yang pedas, asam, asin, manis dengan hati lapang dan penuh santun. kewajiban kita menjelaskan dengan bijak segala apa yang mereka tidak tahu mengenai lika liku sekolah. Semoga ke depan masyarakat kita lebih bijak dan arif menilai profesi kita! jayalah selalu pendidikan indonesia!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer